MODUL
II
Judul
Protein
Tujuan
Memahami
sifat-sifat protein dan reaksi-reaksi uji kulitatif untuk mengidentifikasi
protein.
Dasar
Teori
Protein termasuk dalam senyawa yang terpenting dalam
organisme hewan. Sesuai dengan peranannya protein berasal dari kata proteos
yang artinya pertama. “Protein” adalah poliamina dan jika dihidrolisis protein
menghasilkan asam-asam amino hanya 20 asam amino yang lazim kita temui dalam
protein tumbuhan dan hewan. Namun kedua puluh asam amino ini dapat dihubungkan
dengan berbagi cara membentuk otot, enzyme, dan lainya. Asam-aam amino yang
terdapat pada protein adalah asam α-aminokarboksilat (Fessenden. 1986).
Protein merupakan biopolimer yang bersifat multifungsi
yaitu dapat sebagai enzim atau biokatalis, sebagai pembawa zat, sebagai
bahan penyusun struktural pada sel maupun jaringan dan organ. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik
karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Protein sebagai antibodi tubuh yang melindungi organisme
terhadap organisme lain yang berasal dari luar tubuh. (Hawab, 2004).
Unit
dasar penyusun protein adalah asam amino. Dengan demikian protein dapat
tersusun oleh rangkaian asam amino yang bervariasi dan berderet, tidak hanya
dalam komposisi protein tetapi juga dalam bentuk protein. Asam amino merupakan
unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap
ujungnya.
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus
amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus -NH2
pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH (Poedjiadi, 1994). Seperti juga
semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan gugus fungsional yang
terkandung. Karena semua asam amino mengandung gugus amino dan karboksilat,
senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus ini. Sebagai
contoh gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil
esterifikasi. Walaupun kita tidak akan menganalisa semua reaksi-reaksi organic
spesifik asam amino, terdapat dua reaksi penting yang secara luas dipergunakan
untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan identifikasi asam amino (Lehninger,
1982).
Dibawah ini dicantumkan klasifikasi asam amino atas
dasar gugus R-nya, menjadi 4 golongan : (Ngili, 2009):
1) Golongan asam aminso dengan R yang tidak polar,
hidrofobik (tidak suka air). Contoh : Alanin, Valin, leusin, Isoleusin,
metionin, prolin, fenilalanin, tritofan.
2) Golongan asam amini denga R tidak bermuatan tapi
polar. Contoh : Glisin, serin, treonin, tirosinm sisteinm Asparagin, Glutamin.
3) Golongan asam amino denga R bernuatan negative. Contoh
Asam asparat dan asam glutamate.
4) Golongan asam amino dengan R bermuatan positif. Contoh
Lisin, arginin, histidin.
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa;
ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut
dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau
ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini
disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul
protein (Hart, 2003).
Salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk
menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan
N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain. Terdapat beberapa macam uji
protein yakni uji biuret yakni pembentukan
senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²+
dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
· Uji Hopkins cole uji positif ditunjukkan oleh albumin,
gelatin, kasein, dan pepton, dengan ditunjukkan oleh adanya cincin berwarna
ungu. Uji ini spesifik untuk protein yang mengandung triptofan yang akan
berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehngga membentuk cincin
berwarna ungu.
· Uji
Ninhidrin dimana protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan
gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan
berwarna (Lehninger, 1982).
· Uji
xanthoprotein didasarkan untuk protein yang mengandung asam amino berinti
benzene. Jika protein ditambhkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan
endapan berwarna putih yang dapat merubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
· Uji
Pb-sulfidadimana terjadi reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan
membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam hal
ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan
atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS (Lehninger, 1982).
Hasil Pengamatan
Reagen
Uji
|
Larutan
Protein dan Asam Amino
|
|||||
Air
rebusan daging sapi
|
Air
rebusan daging ayam
|
Putih
telur
|
Air
rendaman tahu
|
Susu
krim
|
![]() |
|
Biuret
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Nihidrin
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Xanthoprotein
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
- -
|
Pb Sulfida
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
- +
|
Reaksi dengan Logam
a. HgCl2
b. Pb asetat
|
+
|
+
+
|
-
-
|
+
+
|
-
|
|
Pembahasan
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun
makhluk hidup. Seperti halnya
unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Unit dasar penyusun protein
adalah asam amino. Protein dapat tersusun oleh rangkaian asam amino yang
bervariasi dan berderet. Dalam praktikum kali ini dilakukan pengujian protein
secara kualitatif dengan beberapa uji dan menggunakan 7 sampel yaitu albumin,
gelatin, glisin, air reusan daging, air rebusan ayam, air tahu dan susu.
Uji Biuret
Uji
biuret dilakukan untuk mengetahui kandungan protein (ikatan peptide) dalam
larutan sampel. Disiapkan 6 tabung reaksi dan masing-masing diisi 1-2 mL larutan
sampel. Kemudian masing-masing tabung reaksi ditambahkan NaOH sebanyak 1 mL.
NaOH berfungsi untuk memberikan suasana basa terhadap sampel sehingga sampel
nantinya akan bereaksi dengan larutan CuSO4 (Sukaryawan, 2011).
Setelah itu masing-masing sampel ditetesi CuSO4 sebanyak 2-3 tetes.
Ion dari Cu3+ nantinya akan bereaksi dengan peptida protein dalam
suasana basa dan menghasilkan kompleks warna violet (Team Teaching, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan tabung reaksi yang
positif mengandung protein (ikatan peptida) adalah air rebusan daging, air rebusan ayam, putih telur, air tahu dan susu. Hasil positif
menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut mengandung ikatan peptida yang panjang
sehingga menghasilkan warna ungu yang kompleks (Almatsier, 2006).
Uji Nihidrin
Uji
nihidrin dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino bebas. Disiapkan 6 tabung
reaksi dan diisi dengan 1-2 mL sampel kecuali larutan glisin. Kemudian pada
masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes larutan nihidrin 0,1
%. Pereaksi nihidrin nantinya akan
bereaksi dengan sampel yang mengandung asam amino bebas dan membentuk komplek
warna biru-ungu (Team teaching, 2013). Setelah itu seluruh sampel di panaskan
selama 5 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara sampel
dengan pereaksi (Nuradi, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan yang positif
mengandung asam amino bebas adalah air rebusan daging dan air rebusan ayam.
Sedangkan dalam larutan putih telur, air tahu, susu, dan gelatin tidak
mengandung asam amino bebas karena tidak terbentuknya warna biru-ungu. Semua asam amino dan
peptida yang mengandung gugus α-amino bebas akan memberikan reaksi positif
berwarna biru-ungu kecuali pada prolin dan hidroksiprolin (Lehninger. 1982).
Uji Xanthoprotein
Uji
xanthoprotein dilakukan untuk mengetahui adanya protein yang mengandung asam
amino berinti benzene. Jika protein ditambahkan asam nitrat
pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi
kuning sewaktu dipanaskan. Pada percobaan ini, disiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisi 1-2 mL larutan sampel. Kemudian pada
masing-masing tabung ditamhkan HNO3 pekat. Larutan HNO3
ini berfungsi untuk membentuk endapan putih (Team teaching, 2013).
Setelah itu
masing-masing sampel dipanaskan selama 1-2 menit hingga terbentuk endapan
kuning. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara sampel dengan
pereaksi (Nuradi, 2008). Setelah dingin masing-masing sampel ditambahkan
larutan NaOH pekat agar suasana larutan menjadi basa (Team teaching, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan
hasil positif adalah air rebusan daging, putih telur, dan susu. Hasil positif menunjukkan
adanya inti benzene pada asam amino yang terdapat dalam larutan sampel.
Uji Pb-Sulfida
Uji
Pb-Sulfida dilakukan untuk asam amino sistein. Sulfur pada
sistein akan diubah menjadi natrium sulfide (Na2S), bila dididihkan
dengan NaOH 40 %. Na2S dapat dideteksi dengan pengendapan PbS dalam
larutan alkali (team Teaching, 2013). Pada percobaan ini, 7 buah tabung reaksi
yang telah berisi sampel ditambahkan
beberapa tetes NaOH 40%. Kemudian dipanaskan selama 2 menit. Setelah dingin ditambahkan beberapa tetes larutan
Natrium plumbat. Fungsi penambahan NaOH 40% bertujuan untuk memecah ikatan
sulfida yang terkandung dalam asam amino, sedangkan fungsi penambahan Natrium
plumbat ialah untuk mengikat sulfida yang telah diputuskan oleh NaOH membentuk
garam PbS yang berwarna hitam (Wirahardikusumah, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tabung reaksi yang
positif adalah air rebusan daging, air rebusan ayam, putih telur,
tahu, susu, dan glisin. larutan
albumin dan susu. Hasil positif menunjukkan bahwa sampel tersebut
mengandung protein dengan asam amino yang memiliki gugus belerang yaitu sistein
(Winarno, 1992).
Reaksi dengan Logam
Uji
reaksi dengan logam ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh logam
terhadap protein dalam sampel. Dalam hal ini bahan uji dimasukkan masing-masing ke
dalam tabung reaksi kemudian direaksikan dengan HgCl2 dan Pb asetat
yang akan menghasilkan gumpalan putih. Gumpalan putih ini terjadi karena adanya
pH larutan diatas titik isoelektirk. Pengendapan dengan logam berat, larutan
bahan uji akan membentuk endapan karena adanya gugus sulfurhidril yang
dikandung protein. Jadi dalam hal ini Hg dan Pb bereaksi dengan protein akan memberikan endapan
karena logam tersebut diikat oleh albumin sehingga logam tersebut mengendap (Nurlita, 2002).
Dari
percobaan yang dilakukan sampel positif yang menghasilkan endapan yaitu reaksi
dengan Pb-asetat adalah air rebusan daging ayam dan air rendaman tahu. dan air
rebusan daging ayam, sedangkan reaksi dengan HgCl2, sampel yang
positif menghasilkan kekeruhan adalah air rebusan daging sapi, daging ayam, air
rendaman tahu.
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh, bahwa uji kualitatif protein dapat
dilakukan dengan uji biuret, uji ninhidrin, uji xanthoprotein, uji Pb-sulfida,
uji logan dengan HgCl2, dan uji logan dengan Pb-asetat.
Kemungkinan Kesalahan
Adapun kemungkinan kesalahan yang dilakukan praktikan
yaitu : (1) Kurangnya
ketelitian praktikan dalam mengukur maupun menambahkan larutan uji ke dalam
sampel sehingga mempengaruhi hasil akhir; (2) Kurang bersihnya
alat-alat dari bekas sampel sebelumnya, khususnya tabung reaksi sehingga
mempengaruhi hasil yang diperoleh.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Penerbit. PT. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fessenden. 1986. Kimia Organik 2. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Hart H, Craine L E, Hart D
J. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Nuradi, Mohamad. 2008. Penuntun Praktikum Biokimia. Makasar:
Poltekkes Makassar.
Nurlita, Frieda.dkk. 2002. Kimia
Organik II. Singaraja: IKIP N Singaraja.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti,
F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar