Pages

Sabtu, 28 Juni 2014

KARBOHIDRAT

MODUL I
KARBOHIDRAT
Judul Percobaan
Karbohidrat
Tujuan Percobaan
Memahami sifat-sifat karbohidrat dan reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi kandungan karbohidrat dalam suatu zat
Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagaI aktivitasfisik seperti berolahraga atau bekerja (Irawan, 2007).
Biomolekul karbohidrat merupakan golongan utama bahan organik, dan ditemukan pada semua bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan paling banyak mengandung karbohidrat, 50-80% bobot kering sel yaitu karbohidrat selulosa. Karbohidrat juga merupakan komponen gizi utama bahan makanan yang berenergi lebih tinggi dari biomolekul lain. Satu makromolekul karbohidrat adalah satu polimer alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya mengubah karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan energi. (Hawab, HM. 2004).
Berbagai senyawa yang termasuk kelompk karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang memiliki berat molekul 90 hingga senyawa yang memiliki berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa tersebut dibagi kedalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan olisakarida, dan golongan polisakarida. Monosakarida terdiri atas beberapa atom saja dan tidak dapat diuraikan secara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehide dapat disebut aldotriosa karena terdiri atas 3 karbon dan mempunyai gugus aldehide. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas 3 atom karbon dan mempunyai gugus keton (Supriyanti, 2005).
Monosakarida memiliki beberapa jenis yaitu glukosa, merupakan suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstroksa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan, glukosa terdapat pada buah-buahan, madu lebah, dalam darah manusia. Didalam dunia perdagangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam. Monosakarida lainnya adalah fruktosa, fruktosa terdapat pada madu lebah. Fruktosa merupakan suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar kekiri dan karenanya disebut levulosa. Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan glukosa dan sukrosa. Monosakarida yang jarang terdapat bebas dialam adalah galaktosa, yang umumnya berikatan dengan galaktosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu (Poedjiadi, 2005).
Oligosakarida merupakan senyawa yang terdiri atas dua buah atau lebih monosakarida yang dengan pengaruh asam senyawa ini dapat mengalami hidrolisa menjadi bentuk-bentuk monosakarida penyusunnya. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Bila senyawa ini terdiri dari dua monosakarida penyusun, disebut disakarida, dan apabila terdiri dari tiga penyusun disebut trisakarida, apabila terdiri dari empat penyusun disebut tetraosa dan demikianlah seterusnya. Contohnya adalah sebagai berikut ini; stakiosa, sukrosa, sakarosa, maltosa, dan laktosa (Ronditasyah, 2009).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak bersifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Poedjiadi, 2005).
Pemisahan dan identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan teknik kromatografi, akan tetapi terdapat sejumlah test-test kualitatif yang dapat dilakukan diantaranya :
1.      Uji Molish
Uji ini merupakan uji yang paling umum untuk pengetesan adanya karbohidrat dan senyawa organik lainnya. Pada uji ini asam sulfat pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosidik, menghasilkan monosakarida yang akan didehidrasi menjadi furfural dan turunanya. Furfural mengalami sulfonasi dengan alpha naftol yang akan menghasilkan cincin warna ungu kompleks (merah-ungu), yang menunjukan adanya karbohidrat.
2.      Uji Benedict
Uji ini digunakan untuk pengetesan adanya gula pereduksi. Hasil tes ini memberikan endapan warna hijau, kuning, atau merah jingga yang memberikan perkiraaan semikualitatif adanya sejumlah gula yang mereduksi.
3.      Uji Barfoed
Uji ini digunakan untuk membedakan monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida. Disakarida akan dapat dihidrolisis sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. Dengan kata lain untuk membedakan monosakarida, disakarida, polisakarida tergantung berapa lama pemanasan sampai terbentuk endapan tembaga oksida yang berwarna merah bata.
4.      Uji Bial
Uji ini digunakan untuk menguji adanya gula pentosa. Pemanasan pentosa dengan HCL pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri . Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru-hijau yang menunjukan adanya gula pentosa.
5.      Uji Selliwanof
Uji ini digunakan untuk menguji adanya gugus keton. Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Furfural akan berkondensasi dengan recorcinol (1,3- dihidroksi benzena) yang akan memberikan warna merah kompleks (merah-cherry).
6.      Uji Iodium
Uji ini digunakan untuk menguji adanya polisakarida. Pembentukan warna biru menunjukan adanya pati, warna merah menunjukan adanya glikogen atau eritrodekstrin.
Hasil Pengamatan
Reagen
Uji
Larutan Karbohidrat
Glu
Gal
Fru
Aqu
Lak
Mal
Suk
Ken
Ber
Sing
Sag
Sem
Jer
Pati
Molisch
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Benedict
+
+
+
-
+
+
-
-
+
+
-
+
+
-
Barfoed
+
+
+
-
+
+
-
-
+
+
-
+
-
-
Seliwanoff
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
-
+
+
-
Reagen
Uji
Larutan Karbohidrat
Pati
Aquadest
Beras
Singkong
Kentang
Sagu
Jeruk
Semangka
Iodin
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
A
B
C
+
+
-
-
-
-
+
+
-
+
+
-
+
+
-
+
+
-
-
-
-
+
+
-
Pembahasan
Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji dasar untuk membedakan antara suatu zat yang mengandung karbohidrat dan non-karbohidrat. Pada uji ini disiapkan 14 tabung reaksi yang masing-masing berisi glukosa, galaktosa, fruktosa, aquadest, laktosa, maltosa, sukrosa, pati, air rebusan kentang, air beras, air rebusan singkong, air rendaman sagu, air perasan semangka, dan perasan jeruk manis. Kemudian pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan reagen molish sebanyak 2 tetes, H2SO4 pekat sebanyak 1-2 mL di dinding tabung secara perlahan sampai timbul 2 lapisan. H2SO4 pekat nantinya kan menghidrolisis ikatan glikosida pada karbohidrat menghasilkan monosakarida yang kemudian bereaksi dengan α-naftol dan akan memberikan warna ungu (Team teaching, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa hanya aquadest yang tidak membentuk cincin berwarna ungu karena dalam aquadest tidak mengandung karbohidrat seingga tidak ada ikatan glikosida yang terhidrolisis dengan larutan H2SO4 pekat. Sedangkan pada sampel yang lain membentuk cincin ungu, hal ini menunjukkan bahwa adanya ikatan glikosida yang terhidrolisis oleh H2SO4 pekat.
Uji Iodin
Uji iodin dilakukan untuk membedakan pati (amilum) dengan karbohidrat lain. Dalam uji iodin hanya menggunakan 8 sampel yaitu pati, auadest, air cucian beras, air rebusan singkong, air sagu, air perasan semangka, air perasan jeruk dan air rebusan kentang. Dimana masing-masing sampel dibagi dalam 3 tabung reaksi dan diberi label A B C. Tabung reaksi berlabel A ditambahkan 2 tetes air, tabung reaksi berlabel B ditambahkan HCl dan tabung reaksi berlabel C ditambahkan 2 tetes NaOH. Kemudian setiap tabung reaksi dikocok dan ditambahkan 1-2 tetes larutan iodin pada masing-masing tabung. Penambahan larutan iodine bertujuan untuk mendeteksi adanya karbohidrat golongan polisakarida dan menghasilkan warna spesifik biru-ungu. Pembentukan warna biru menunjukan adanya pati, warna merah menunjukan adanya glikogen atau eritrodekstrin (Suhara, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa yang positif mengandung pati (amilum) adalah larutan pati pada tabung reaksi A B, air cucian beras pada tabung reaksi A B, air rebusan singkong pada tabung reaksi A B, air rebusan kentang pada tabung reaksi A B, air sagu pada tabung reaksi A B, air perasan semangka pada tabung reaksi A B. Sedangkan sisa tabung reaksi lainnya menunjukkan hasil negatif. Sebagian besar hasil positif terjadi pada tabung reaksi A B yang ditambahkan air dan HCl sebelumnya. Hal ini terjadi karena air dan HCl mampu mempertahankan kondisi I2 untuk tidak berubah. Sedangkan pada suasana basa dengan larutan NaOH, larutan tersebut tidak mampu memperthankan kondisi I2 dengan kata lain tidak ada ikatan koordinasi antara keduanya (Suhara, 2009).
Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji umum untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Reagen benedict yang mengandung ion tembaga (Cu2+) akan bereaksi dengan gula pereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna biru kehijauan hingga merah bata (Team Teaching, 2013).
Pada uji benedict ini menggunakan sampel larutan glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, pati, dan aquadest serta larutan sampel berupa air cucian beras, perasan buah jeruk dan semangka, air rebusan singkong, kentang, dan air rendaman sagu. Kemudian ditambahkan reagen benedict 2-3 mL pada masing-masing tabung lalu dikocok. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing sampel yang diuji. Kemudian sampel dipanaskan sampai mendidih selama 5 menit. Hasil pengamatan menunjukkan sampel yang positif atau mengandung gula pereduksi adalah glukosa, galaktosa, fruktosa, laktosa, maltosa, beras, singkong, dan semangka. Sedangkan sampel yang negatif yaitu aquadest, sukrosa, air rebusan kentang, air sagu, dan pati. Hasil negative ini disebabkan karena konsentrasi glukosa pada larutan sampel tersebut sangat rendah sehingga reagen benedict tidak terduksi dengan baik. Sebaliknya hasil positif disebabkan karena konsentrasi glukosa pada larutan sampel tinggi sehingga makin reduktif gula tersebut mereduksi reagen benedict (Yazid, 2006).
Uji Barfoed
Uji barfoed bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dan non-pereduksi. Uji ini dilakukan pada sampel yang sama seperti uji-uji sebelumnya yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum (pati). Selain itu disiapkan juga larutan sampel yang akan diuji yaitu larutan hasil cucian beras, perasan singkong, sagu, semangka, jeruk, kentang, dan aquades. Masing-masing sampel kemudian ditambahkan 2-3 mL reagen barfoed, tujuannya untuk membedakan antara gula pereduksi dan non-pereduksi (Team teaching, 2013). Setelah itu dikocok agar sampel tercampur rata dengan reagen barfoed, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada sampel yang diuji. Kemudian sampel dipanaskan sampai mendidih selama 2-10 menit.
Dari hasil pengamatan, sampel yang positif mengandung gula pereduksi adalah glukosa, galaktosa, fruktosa, laktosa, maltosa, beras, singkong, semangka. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah :
Uji Seliwanoff
Uji ini dilakukan untuk membedakan antara aldosa dan ketosa yang apabila direaksikan dengan reagen seliwanoff, ketosa akan menghasilkan warnah merah cherry (Team teaching, 2013). Dalam uji seliwanoff ini, hanya dapat mendeteksi adanya ketosa karena peristiwa dehidrasi monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa. Hal ini dikarenakan aldosa sebelum mengalami dehidrasi lebih dahulu  akan mengalami transformasi ketosa. Dengan demikian aldosa akan bereaksi negatif pada uji seliwanoff (Sastrohamidjojo, 2005).
Pada uji dilakukan pada sampel yang sama seperti uji-uji sebelumnya, yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum (pati). Selain itu disiapkan juga larutan sampel yang akan diuji yaitu larutan hasil cucian beras, perasan singkong, sagu, semangka, jeruk, kentang, dan aquades. Masing-masing sampel kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditetesi reagen seliwanoff sebanyak 10 mL, lalu diamati perubahan yang terjadi. Selanjutnya masing-masing tabung tadi dipanaskan dalam air hingga mendidih selama 2-5 menit. Hasil yang diperoleh setelah pemanasan yaitu tabung yang berisi sampel larutan fruktosa, sukrosa, air perasan singkong, semangka, dan jeruk mengalami perubahan warna menjadi merah chery. Hal ini menandakan adanya ketosa pada sampel tersebut.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa karbohidrat memiliki 3 golongan yang masing-masing memiliki sifat dan struktur karakteristik yang berbeda-beda dan mengandung gula pereduksi. Untuk mengidentifikasi kandungan karbohidrat dalam suatu zat, dilakukan 5 uji yakni uji molisch, uji iodine, benedict, barfoed dan seliwanolff yang akan memberikat kompleks warna yang berbeda untuk masing-masing uji.
Kemungkinan Kesalahan
Kemungkinan kesalahan yang mungkin dilakukan pada saat praktikum adalah :
Kurangnya ketelitian praktikan dalam mengukur maupun menambahkan larutan uji ke dalam sampel sehingga mempengaruhi hasil akhir.
Kurang bersihnya alat-alat dari bekas sampel sebelumnya, khususnya tabung reaksi sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Daftar Pustaka
Fessenden. 1986. Kimia Organik 2. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A. 1983. Biokimia I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Nuradi, Mohamad. 2008. Penuntun Praktikum Biokimia. Poltekkes Makassar: Makassar
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta
Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara. Jakarta
Salim, Adiyati. 2009. Biokimia 1. UM Press: Malang
Suhara, 2009. Dasar – Dasar Biokomia. Prima Press.Bandung
Team teaching. 2013. Penuntun praktikum biokimia medic. Universitas Negeri Gorontalo: Gorontalo
Wilbraham, A. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB Press. Bandung.
Yazid,E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar