Pages

Sabtu, 28 Juni 2014

ANALISIS URIN

MODUL V
Judul Percobaan
Analisis Urin
Tujuan Percobaan
Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin patologis
Dasar Teori
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto, 2013).
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain : (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal; (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal; (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak (Ganong  2002).
Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri. (basoeki, 2000).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn  1993). 

Hasil Pengamatan
Sampel Urin
Klorida
Sulfat
Glukosa
Uji Biuret
Normal
+
+
-
-
DM
+
+
-
-
Penyakit Ginjal
+
+
+
+
Orang Hamil
+
+
+
+
Pembahasan
Uji Klorida
Uji klorida ini bertujuan untuk menguji kadar klorida yang terdapat dalam urin. Uji klorida pada urin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes HNO3 dan 1 mL AgNO3 10 %  pada masing-masing tabung reaksi yang telah dimasukkan urin normal dan urin patologis ( urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal). Pada urin, akan terbentuk endapan berwarna putih. Terbentuknya endapan putih ini karena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urin yang merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolime dalam tubuh (Thenawijaya, 1995).
Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, serta mempertahankan volume darah normal, tekanan darah, dan pH cairan tubuh. Sebagian besar Cl di dalam tubuh berasal dari garam (NaCl) yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Klorida diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaCL + AgNO3              Na2NO3 + AgCl2
Uji Sulfat
Sulfat merupakan mineral anorganik urin dari sisa metabolisme dalam tubuh dan merupakan salah satu bahan yang terlarut dalam urine. Pada pengujian ion sulfat, ion ini termasuk ke dalam golongan asam sulfat. Adanya ion sulfat dapat diuji dengan menambahkan beberapa tetes larutan HCl encer dan 1 mL BaCl2 pada masing-masing tabung reaksi yang berisi 1 mL urin normal dan urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang kemudian akan membentuk endapan putih. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya belerang anorganik. Endapan putih ini menunjukkan adanya kandungan sulfat dalam urin yang merupakan salah satu unsur normal urin karena termasuk dalam bahan-bahan yang terlarut dalam urin.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
BaCl2 + SO42-               BaSO4 + 2 Cl-
Uji Biuret
Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urin. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekunya yang cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini menandakan adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). Hal pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 2 mL urin normal dan 2 mL urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang akan diuji pada masing-masing tabung reaksi, kemudian di tambahkan 8 tetes larutan reagen biuret.
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa hanya urin penyakit ginjal yang berubah menjadi warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan protein dalam urin tersebut.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaOH + 2CuSO4                     2NaSO4 + 2CuOH
Uji Glukosa
Uji glukosa ini bertujuan mengetahui ada tidaknya glukosa yang terkandung dalam urin. Jika terdapat glukosa dalam urin maka orang tersebut mempunyai gangguan pada bagian penyaring ginjal sama halnya pada penderita penyakit gagal ginjal serta pada pankreas untuk memproduksi hormon insulin  yang berfungsi mengatur kadar glukosa dalam darah, insulin akan mengubah glukosa yang berlebihan dalam darah menjadi glikogen dan kemudian disimpan dalam otot sebagai cadangan energi (Ganong, 2008).
Pada uji ini dilakukan uji benedict, dimana prinsip uji benedict ini merupakan uji umum untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Pada praktikum kali ini, disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 1 mL urin normal dan 1 mL urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang kemudian ditambahkan 1-2 mL reagen benedict lalu larutan dipanaskan dalam air mendidih diatas penangas air kurang lebih selama 5 menit. Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa sampel urin DM tidak mengandung glukosa. Seharusnya urin DM ini mengandung glukosa, tetapi dalam percobaan ini di dalam urin tersebut tidak terkandung glukosa. Hal ini disebabkan karena mungkin penderita belum mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung glukosa atau karbohidrat dalam waktu yang cukup lama misalnya selama seminggu, maka hal ini akan mempengaruhi kadar glukosa dalam darah yaitu hanya sedikit dan hasilnya seperti layaknya urin normal. Untuk urin penderita gagal ginjal terbentuk endapan warna kuning dan urin orang hamil terbentuk endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam urin penderita gagal ginjal bukan hanya terkandung protein melainkan terkandung juga glukosa di dalamnya, dan endapan putih pada urin orang hamil menunjukkan bahwa urin yang dijadikan sampel tersebut telah lama dieksresikan atau dapat dikatakan bukan urin baru sehingga terbentuk endapan putih tersebut.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia urin normal dan urin patologis memiliki perbedaan yaitu dalam urin normal terdapat klorida, sulfur dan selebihnya yang menurut literatur mengandung unsur urea, amonia, kreatinin dan kreatin, asam amino, asam urat dan unsur fosfat. Sedangkan untuk urin patologis didapatkan kandungan kimia yang abnormal seperti protein dan glukosa.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.
Kemungkinan Kesalahan
Dalam praktikum ini adanya kemungkinan kesalahan berupa kurangnya keterampilan praktikan dalam memanaskan sampel pada uji glukosa, dan kurangnya ketelitian praktikan dalam menambahkan beberapa tetes sampai beberapa mL larutan pereaksi sehingga konsentrasi di dalmnya berbeda-beda dan menghasilkan hasil yang kurang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat, A. S. 2013. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Armstrong, F. B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ketiga. Jakarta: EGC
Ethel, S. 2003.  Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.  Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta: EGC
Girindra,  A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Jakarta: Erlangga
Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Jakarta: Erlangga 

1 komentar:

  1. Boleh minta daftar pustaka ningsih 2012 dan budiyanto 2013

    BalasHapus