Pages

Senin, 30 Juni 2014

Love you, daddy :)


Alhamdulillah sampai saat ini kau masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk tetap dapat melindungiku Ayah. Semoga dengan berkurangnya umur ini, kau masih tetap menjadi Ayah yang selalu aku bangga-banggakan didepan semua orang, imam yang baik untuk keluargamu, dan lelaki terbaik yang pernah aku miliki J
Ayah, aku masih butuh bimbinganmu agar aku menjadi anak solehah. Mungkin masih banyak hal yang tidak kau ketahui tentang diriku, masih banyak hal yang tidak ingin aku katakan padamu, tapi satu hal yang perlu kau ingat yaitu aku bangga menjadi anakmu dan aku bangga memiliki Ayah sepertimu.
Maaf atas semua kesalahanku dan terima kasih telah menjadi lelaki terbaik untukku J


Puput Latief^^

Sabtu, 28 Juni 2014

MARHABAN YA RAMADHAN

Alhamdulillah kita masih diberi nikmat dan kesempatan oleh Allah untuk dapat bertemu lagi dengan bulan yang penuh dengan kasih sayang-Nya yaitu bulan suci Ramadhan.
Saya, Aprilianti A. Latief atau biasa dipanggil Puput mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1435 H. Semoga seluruh amal ibadah kita di bulan Ramadhan akan diterima oleh Allah swt. Aamiin :)

ANALISIS URIN

MODUL V
Judul Percobaan
Analisis Urin
Tujuan Percobaan
Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin patologis
Dasar Teori
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto, 2013).
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain : (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal; (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal; (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak (Ganong  2002).
Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri. (basoeki, 2000).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn  1993). 

Hasil Pengamatan
Sampel Urin
Klorida
Sulfat
Glukosa
Uji Biuret
Normal
+
+
-
-
DM
+
+
-
-
Penyakit Ginjal
+
+
+
+
Orang Hamil
+
+
+
+
Pembahasan
Uji Klorida
Uji klorida ini bertujuan untuk menguji kadar klorida yang terdapat dalam urin. Uji klorida pada urin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes HNO3 dan 1 mL AgNO3 10 %  pada masing-masing tabung reaksi yang telah dimasukkan urin normal dan urin patologis ( urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal). Pada urin, akan terbentuk endapan berwarna putih. Terbentuknya endapan putih ini karena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urin yang merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolime dalam tubuh (Thenawijaya, 1995).
Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, serta mempertahankan volume darah normal, tekanan darah, dan pH cairan tubuh. Sebagian besar Cl di dalam tubuh berasal dari garam (NaCl) yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Klorida diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaCL + AgNO3              Na2NO3 + AgCl2
Uji Sulfat
Sulfat merupakan mineral anorganik urin dari sisa metabolisme dalam tubuh dan merupakan salah satu bahan yang terlarut dalam urine. Pada pengujian ion sulfat, ion ini termasuk ke dalam golongan asam sulfat. Adanya ion sulfat dapat diuji dengan menambahkan beberapa tetes larutan HCl encer dan 1 mL BaCl2 pada masing-masing tabung reaksi yang berisi 1 mL urin normal dan urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang kemudian akan membentuk endapan putih. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya belerang anorganik. Endapan putih ini menunjukkan adanya kandungan sulfat dalam urin yang merupakan salah satu unsur normal urin karena termasuk dalam bahan-bahan yang terlarut dalam urin.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
BaCl2 + SO42-               BaSO4 + 2 Cl-
Uji Biuret
Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urin. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekunya yang cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini menandakan adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). Hal pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 2 mL urin normal dan 2 mL urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang akan diuji pada masing-masing tabung reaksi, kemudian di tambahkan 8 tetes larutan reagen biuret.
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa hanya urin penyakit ginjal yang berubah menjadi warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan protein dalam urin tersebut.
Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaOH + 2CuSO4                     2NaSO4 + 2CuOH
Uji Glukosa
Uji glukosa ini bertujuan mengetahui ada tidaknya glukosa yang terkandung dalam urin. Jika terdapat glukosa dalam urin maka orang tersebut mempunyai gangguan pada bagian penyaring ginjal sama halnya pada penderita penyakit gagal ginjal serta pada pankreas untuk memproduksi hormon insulin  yang berfungsi mengatur kadar glukosa dalam darah, insulin akan mengubah glukosa yang berlebihan dalam darah menjadi glikogen dan kemudian disimpan dalam otot sebagai cadangan energi (Ganong, 2008).
Pada uji ini dilakukan uji benedict, dimana prinsip uji benedict ini merupakan uji umum untuk mengetahui adanya gula pereduksi. Pada praktikum kali ini, disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 1 mL urin normal dan 1 mL urin patologis (urin orang hamil, urin DM, dan urin penyakit ginjal) yang kemudian ditambahkan 1-2 mL reagen benedict lalu larutan dipanaskan dalam air mendidih diatas penangas air kurang lebih selama 5 menit. Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa sampel urin DM tidak mengandung glukosa. Seharusnya urin DM ini mengandung glukosa, tetapi dalam percobaan ini di dalam urin tersebut tidak terkandung glukosa. Hal ini disebabkan karena mungkin penderita belum mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung glukosa atau karbohidrat dalam waktu yang cukup lama misalnya selama seminggu, maka hal ini akan mempengaruhi kadar glukosa dalam darah yaitu hanya sedikit dan hasilnya seperti layaknya urin normal. Untuk urin penderita gagal ginjal terbentuk endapan warna kuning dan urin orang hamil terbentuk endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam urin penderita gagal ginjal bukan hanya terkandung protein melainkan terkandung juga glukosa di dalamnya, dan endapan putih pada urin orang hamil menunjukkan bahwa urin yang dijadikan sampel tersebut telah lama dieksresikan atau dapat dikatakan bukan urin baru sehingga terbentuk endapan putih tersebut.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia urin normal dan urin patologis memiliki perbedaan yaitu dalam urin normal terdapat klorida, sulfur dan selebihnya yang menurut literatur mengandung unsur urea, amonia, kreatinin dan kreatin, asam amino, asam urat dan unsur fosfat. Sedangkan untuk urin patologis didapatkan kandungan kimia yang abnormal seperti protein dan glukosa.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.
Kemungkinan Kesalahan
Dalam praktikum ini adanya kemungkinan kesalahan berupa kurangnya keterampilan praktikan dalam memanaskan sampel pada uji glukosa, dan kurangnya ketelitian praktikan dalam menambahkan beberapa tetes sampai beberapa mL larutan pereaksi sehingga konsentrasi di dalmnya berbeda-beda dan menghasilkan hasil yang kurang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat, A. S. 2013. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Armstrong, F. B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ketiga. Jakarta: EGC
Ethel, S. 2003.  Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.  Jakarta: EGC
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta: EGC
Girindra,  A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Jakarta: Erlangga
Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Jakarta: Erlangga 

ENZIM

MODUL IV
Judul
Enzim
Tujuan
Mengetahui kerja enzim amilase
Dasar Teori
Enzim adalah protein spesifik yang berfungsi sebagai biokatalisator (mempercepat proses hidrolisis). Sebagai katalisator, enzim harus bersifat efektif (dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit dibandingkan jumlah substrat), tidak ikut serta dalam proses reaksi (sifat dan jumlah tidak berubah), dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi, dan bersifat spesifik. Dalam proses pencernaan makanan, enzim berperan dalam pencernaan zat secara kimiawi. Dengan adanya enzim maka penggunaan energi untuk proses pencernaan akan lebih kecil.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam sel hidup berlangsung sangat cepat berkat adanya enzim. Enzim disintesa diaktivitasnya. Karena enzim terdiri dari protein, maka sifat-sifat kimia dan fisika protein pada umumnya berlaku juga untuk enzim. Dan juga golongan enzim dapat mengkatalisis beberapa reaksi, seringkali hanya satu reaksi saja.Ini merupakan salah satu sifat enzim . ada juga golongan enzim yang dapat mengkatalisis jenis reaksi yang sama, misalnya pemindahan fosfat, oksidasi reduksi, dan sebagainya. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substratsuhu,keasamankofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
Konsentrasi enzim juga mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh banyak substrat. Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk produk. Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan substrat lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan sejumlah kecil enzim untuk mengkatalis sejumlah besar substrat.
Bila jumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat sisi aktif semua enzim bekerja,penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim lebih lanjut. Kondisi ini disebut konsentrasi substrat pada titik jenuh atau disebut dengan kecepatan reaksi telah mencapai maksimum (V max).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, enzim dibagi dalam enam kelompok golongan besar, yaitu:
1.      Oksidoreduktase
            Enzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). (Anna Poedjiadi, 2004:152) enzim-enzim oksidate juga sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat. Di sini alkohol adalah donor hydrogen, sedangkan senyawa yang menerima hidrogen adalah suatu koenzim nikotinadenindinukleotida.
2.      Transferase
            Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltrasferase, hidroksimetiltranferase, karboksiltransferase,dan lain-lain.
3.      Hidrolase
            Enzim yang termasuk golongan iini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Enzim yang termasuk golongan ini ialah esterase, lipase, amylase, dan lain-lain.
4.      Isomerase
            Bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler. Contoh yang termasuk enzim ini ialah ribulosafosfat epimerase dan glukosa fosfat isomerase
5.      Ligase
            Bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karena itu enzim tersebut dinamakan sintesase, ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain glutamin sintetase dan piruvat karboksilase.                 

Hasil Pengamatan
Tabung
Komposisi dan Perlakuan
Uji
Iodin
Benedict
Keterangan
A
Saliva + amilum 1% (suhu kamar)
_

Positif benedict
Negatif iodin
B
Saliva + amilum 1% (dalam air mendidih)
+

Positif iodin
Negatif benedict
C
Saliva + amilum 1% (dalam air es)
+

Positif iodin
Negatif benedict
D
Air + amilum 1% (suhu kamar)
+

Positif iodin
Negatif benedict
E
Saliva + amilum 1% (suhu kamar)

+
Negati iodin
Positif benedict
F
Saliva + amilum 1% (dalam air mendidih)

_
Positif iodin
Negatif benedict
G
Saliva + amilum 1% (dalam air es)

_
Positif iodin
Negatif benedict
H
Air + amilum 1% (suhu kamar)

_
Positif iodin
Negatif benedict
Pembahasan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang bergungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutamaadalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali.
Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Pada percobaan ini kita akan menguji kerja enzim amilase yang bekerja untuk memecahkan atau merombak pati menjadi glukosa, yaitu dengan sampel yang di gunakan adalaha saliva. Saliva merupakan suatu  enzim yang  membantu mencerna makanan dengan cara melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses pengunyahan dan menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai aktivitas anti bakterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan melalui aktifitas enzim ptialin (amilase ludah) dan lipase ludah.
Dalam percobaan ini dilakukan beberapa uji yaitu uji iodin dan uji benedict. Uji iodin atau larutan iodin yang di gunakan berfungsi sebagai indikator terhadap proses terjadinya reaksi yang di tandai dengan adanya perubahan warna. Sedangkan uji benedict menunjukan kerja enzim degan adanya perubahan warna dan terjadi endapan. Selain itu, uji iodin juga bertujuan untuk  melihat adanya kandungan amilum pada suatu larutan, sedangkan uji benedict untuk  melihat adanya gula pereduksi Dari pengamatan yang dilakukan bahwa saliva yang digunakan menunjukan hasil positif (+) dalam uji iodin dengan terjadinya perubahan warna. Dalam percobaan dilakukan tiga variasi suhu,suhu merupakan faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu campuran saliva dan amilum 1 % diberi label A dan E pada tabung reaksi (pada suhu kamar), campuran saliva dan amilum 1 % diberi label B dan F pada tabung reaksi (dalam air mendidih), campuran saliva dan amilum 1 % diberi label C dan G (dalam air  dingin), dan campuran air dan amilum 1 % diberi label D dan H (pada suhu kamar). Untuk tabung A-D dilakukan uji iodin dan tabung E-H dilakukan uji benedict.
Berdasarkan hasil pengamatan, tabung reaksi yang menunjukkan (+) iodin, yaitu tabung B, C, dan D. Sedangkan pada uji benedict, tabung yang menunjukkan (+) benedict yaitu tabung E dan tabung F, G, H (-) benedict.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung A dan E terjadi kenaikan suhu lingkungan yang akan meningkatakan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan substrat, sehingga enzim aktif dan keaktifan ini yang menyebabkan amilum dapat terhidrolisis. Pada tabung B dan F enzim mengalami denaturasi irreversible yang pada suhu awal mengalami perubahan kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi, namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi, hal ini terjadi karena kedua tabungbtersebut berada pada suhu yang realtif tinggi.
Pada tabung C dan G dimasukkan kedalam es (air dingin) sehingga enzim yang dalam keadaan suhu rendah terhenti secara reversible sehingga tidak terjadinya proses hidrolisis pada amilum. Pada tabung D dan H, enzim amilase tidak dapat mengubah pati menjadi disakarida, hal ini disebabkan karena tidak terdapat saliva dalam tabung reaksi.
Tabung A dan E disebut sebagai tabung kontrol karena sudah jelas bahwa enzim amilase bekerja baik pada suhu kamar.
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kerja enzim amilase salah satunya dipengaruhi oleh suhu. Enzim amilase dapat bekerja baik pada suhu kamar atau suhu optimum, pada suhu tinggi enzim akan mengalami denaturasi sedangkan pada suhu sangat rendah atau mencapai titik beku enzim tidak aktif sehingga tidak mampu memecah amilum.
Kemungkinan Kesalahan
Kemungkinan kesalahan terjadi pada saat pemindahan saliva dari tabung A-D ke tabung E-H dengan menggunakan pipet yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Pratikum Biokimia. Makasar: UNHAS
Yuniastuti, Ari. 2007. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sadikin, Mohammad. 2001. Biokimia Eksperiman Laboratorium. Jakarta: Widya Medika
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Machfoeds, Ircham. 2008. Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Fitramaya
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama